17 Januari 2010

Pangeran itu Bernama Ontowiryo

“Ingatlah selalu, Ontowiryo, untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai khalifatullah, adalah tidak berhenti belajar, terus meningkatkan ilmu” begitu pesan Ratu Ageng sebelum mangkat kepada cucunya, Pangeran Diponegoro.


Sebagai manusia, kehidupan di dunia merupakan proses menuju Yang Esa. Dibekali oleh-Nya berupa hati, pikiran, dan akal inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan bekal itu, manusialah yang paling mampu atas amanah dari Tuhannya sebagai khalifah di muka bumi.

Oleh karenanya, dalam konteks keterjajahan dan ketertindasan atas Belanda beserta anjing-anjingnya yang tidak lain adalah bangsa sendiri yang membenalu, harus dilawan! Kewajiban setiap insan manusia untuk merubah Sejarah. Agar kita mempunyai arti bagi diri sendiri, bangsa dan tanah air serta pertanggungjawaban kita terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.

Sebab bahwa hidup harus eling, adalah karunia. Tidak ada satu pun manusia yang dilahirkan oleh rahim ibunya, yang hidup tanpa rencana Tuhan, Allah SWT. Eling yang kedua, bersyukur karena hidup itu, dan tanggung jawab untuk menjaga hidup itu tidak sia-sia, supaya punya arti dan manfaat bagi dirinya sendiri menyangkut dengan ilahi, dan juga bagi diri masyarakat menyangkut hubungan kerakyatan dan kebangsaan serta tanah air yang dianugerahkan Tuhan.

Adalah Ontowiryo satu-satunya keturunan raja yang mampu menyibak tabir kepalsuan untuk bangkit melawan terhadap kebatilan yang melahirkan penindasan dan penjajahan. Ontowiryo yang tidak lain adalah Pangeran Diponegoro berijtihad, (dalam tradisi Islam) melawan kebatilan dan ketertindasan.

”Bagaimanapun dewan perwalian tidak boleh bertentangan dengan kebijakan Belanda.” Jelas Danurejo IV dalam rapat untuk penunjukan dewan perwalian Sri Sultan HB V yang masih balita.
”Ah, itu menghina harkat saya. Itu berarti sengaja menggadaikan kepala kita sebagai antek Belanda. Kalau sampeyan merasa itu benar, silakan saja. Tapi saya menolak.” tegas Ontowiryo.

Dan, sebagai bangsa yang merdeka, kita sendiri yang berkewajiban mengatur negara kita, tidak dibawah bayang-bayang bangsa Belanda atau bangsa manapun. Tidak ada penindasan satu bangsa kepada bangsa lain, termasuk bangsa sendiri terhadap bangsa sendiri. Sebab manusia diciptakan oleh Allah SWT, semuanaya bebas menentukan masa depannya, dan bebas pula melakukan hal-hal yang baik sesuai gatra suara nurani yang mukim dalam dirinya. [diambil dari Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar