Dalam perjalanan kita ke kota dalam waktu yang lama seringkali kita teringat akan alam tempat kita berasal. Sebuah jelajah yang akan membuat kita tersenyum dan berpikir ulang mengenai hidup kita saat ini. Alam yang akan mengisi kembali celah kosong relung-relung rindu, menyegarkan kembali buncah-buncah otak kita, dan me-reverse tindakan-tindakan kita baik dahulu maupun saat ini.
Desa tempat kita berasal dan tempat kita dibesarkan. Tempat yang memberikan bentuk diri saat ini dan mengajarkan begitu banyak pelajaran sebagai bekal kita menjalani kehidupan. Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan oleh Selo Soemarjdan dalam kajiannya dalam kehidupan warga desa. Warga desa begitu mengesankan dengan segala kesederhanannya dan keluguannya. Melihat hidup dari satu sisi keharmonisan. Harmonis karena hidup berdasarkan pada alam yang berdekatan dan orang yang selalu berdampingan.
Alam sebagai teman hidup, selalu memberikan kesenangan dan pelajaran. Kesenangan sehingga kita selalu menjaga alam desa kita dari kerusakan. Saat ini begitu banyak perubahan pada alam sekitar yang disebabkan hadirnya teknologi dan kebutuhan manusia. Sungai tidak lagi mempunyai kedung karena sudah ditembok beton pinggir-pinggirnya, sawah sudah diganti dengan rumah. Begitu banyak perubahan yang terjadi dalam hidup kita yang belum sempat kita sadari.
Ditengah kesemerawutan modernitas, kapan kita menghadirkan kembali desa yang jujur, lugu, kesejukan, dan yang memberikan kita akan nilai sekaligus pelajaran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar