Genderang pesta demokrasi telah ditabuh. Gebyar semarak pesta demokrasi membuat gagap gempita warna bagi rakyatnya. Dengan multipartai, masyarakat disuguhi dengan banyak alternatif dalam memilih pilihan calon pemimpin dan wakil idamannya. Memilih pemimpin yang mampu menyelesaikan persoalan yang bergelayut di negeri ini. Dan, bukan memilih pilihan yang justru akan menambah masalah.
Pemilu dianggap sebagai pintu gerbang memetik harapan dimasa depan. Sebab pemilu sebagai pesta politik panglima pembangunan. Memang kenyataan sosial banyak dibentuk oleh sistem politik. Sistem politik itu sendiri yang menjelaskan proses manajemen sejarah untuk mengelola nilai kemanusiaan dan kesejahteraan hidup.
Jluntrungannya, muara sistem politik adalah kekuasaan. Kekuasaan dipandang dari sudut manapun sering membuaikan orang untuk meraihnya, homo HominiLupus. Kondisi ini mulai memanas ketika bendera strat telah dikibarkan. Tak pelak jika calon pemimpin dan wakil rakyat berlomba-lomba meraih simpati masyarakat untuk memberikan amanahnya. Berbagai macam cara dilakoni demi sebuah kursi kekuasaan. Berbagai macam iklan memenuhi ruang-ruang kosong berbagai media. Dari yang berkelas sandal jepit hingga berharga mahal. Dari yang berkelas trotoar hingga berkelas digital.
Melihat pada tataran spektrum sistem politik yang lebih luas, muncul perlawanan terhadap status quo dari berbagai steak holder kepentingan. Bahkan jauh-jauh hari Gus Dur mengamanatkan kepada warganya untuk golput. Belum lagi 'golput' mazhab golongan lainnya. Selain itu, kelompok raja-raja nusantara ternyata diam-diam menyusun potensinya untuk menyerbu Batavia (Jakarta).
Sebagai golongan sosial yang otonom dan independen, mahasiswa sering kali mengusung jargon-jargon gerakan moral dalam mengawal konstelasi politik yang tengah berlangsung. Sampai hari ini suara-suara mahasiswa yang menganggap dirinya sebagai kelas sosial istimewa belum bermunculan ke permukaan.
Dengan kontelasi politik yang ada, akankah menghasilkan sebuah dialektika yang memberikan hikmah demokrasi? Atau pemimpin dan wakil-wakil kita yang sedang sibuk pasang kuda-kuda untuk menyambut kursi idaman, akan mampu mengganti rugi apa yang selayaknya diberikan kepada rakyatnya yang notabene melarat? Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar